PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SMAN 1 SATUI

SMAN 1 Satui sebagai sekolah adiwiyata memiliki program untuk mengajak siswa lebih mencintai lingkungan sekitar. Salah satu implikasinya adalah pengolahan limbah organik yang dilakukan siswa dalam kegiatan intra sekolah. Lingkungan sekolah memiliki banyak limbah organik yang berasal dari tanaman, baik berupa daun, ranting, bahkan buah. Potensi ini dimanfaatkan untuk dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya membantu menjaga kebersihan sekolah dari limbah organik, melainkan juga melatih jiwa kewirausahaan siswa sejak dini. Keterampilan semacam ini semoga dapat dipraktikkan oleh siswa di kehidupan bermasyarakat.

Lingkungan sekolah ketika musim kemarau

Musim kemarau yang biasanya berlangsung di bulan April-Oktober mengakibatkan peningkatan volume sampah organik yang berasal dari pohon di sekitar halaman sekolah. Pohon ini beraneka ragam, mulai dari tanaman buah seperti mangga dan alpukat, hingga petai dan ketapang. Tanaman ketapang adalah penyumbang volume sampah terbesar. Hal ini tentu saja tidak hanya mengurangi estetika lingkungan sekolah, melainkan juga mengganggu aktivitas siswa yang berada di luar kelas.

Siswa bekerja sama mengumpulkan limbah organik di halaman sekolah

Hal inilah yang melatarbelakangi sekolah untuk mengatasi permasalahan ini dengan pendekatan yang ramah lingkungan. Siswa diajak untuk mengumpulkan sampah organik ini ke dalam wadah tertentu. Kegiatan dilaksanakan pada siang hari ketika penumpukan sampah organik pada titik puncaknya.

Pengumpulan sampah untuk diolah menjadi pupuk kompos

Pengumpulan sampah dilaksanakan per kelas pada jam mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan. Siswa diajak untuk memanfaatkan limbah organik menjadi peluang usaha, yaitu pupuk kompos.

Proses pencacahan

Langkah pertama dalam pembuatan pupuk kompos adalah mencacah daun menjadi potongan yang sangat kecil untuk mempermudah proses pembusukan. Kegiatan ini masih dilakukan secara manual menggunakan tangan atau parang. Hal ini akan menjadi lebih mudah dilakukan apabila didukung dengan bantuan mesin pencacah khusus.

Hasil cacahan dikumpulkan dalam wadah

Setelah semua bahan baku dicacah, pisahkan ke dalam wadah agar tidak tercampur dengan daun yang masih utuh. Siapkan bahan lainnya, seperti kotoran hewan, eceng gondok, pelepah pisang, dan sebagainya. Kotoran hewan berfungsi sebagai penambah unsur hara pupuk, sedangkan material basah lainnya seperti eceng gondok dan pelepah pisang membantu mempercepat proses pembusukan.

Siswa mendokumentasikan proses pengolahan

Siswa diwajibkan untuk mendokumentasikan proses pembuatan pupuk yang mereka kerjakan per kelompok dalam bentuk video.  Siswa diperbolehkan menggunakan handphone perwakilan kelompok pada jam pelajaran sambil bergantian menjelaskan proses pembuatan pupuk.

Siswa mendokumentasikan proses pengolahan

Guru membebaskan siswa berekspresi dalam proses dokumentasi. Hal ini diharapkan dapat membangun suasana belajar yang efektif tapi tetap menyenangkan. Siswa merasa seolah-olah sedang bermain, tapi esensi materi pembelajaran dapat diterima dengan baik.

Proses pencampuran dilakukan secara manual

Proses pencampuran bahan dilakukan setelah semua bahan baku siap. Daun ketapang kering yang sudah dicacah dicampur dengan kotoran hewan, bahan organik basah, dan larutan khusus. Larutan yang dimaksud adalah campuran EM4+gula+air dengan perbandingan 1:1:50. Penggunaan gula merah diyakini lebih efektif daripada gula pasir.

Siap untuk proses fermentasi

Masukkan sedikit demi sedikit bahan kering dan basah bersama kotoran hewan ke dalam wadah. Secara bertahap, basahi dengan larutan. Bahan tidak boleh terlalu basah atau terlalu kering. Diamkan hingga beberapa minggu. Masukkan dalam kemasan. Siswa mendesain kemasan produk secara berkelompok. Desain terbaik digunakan untuk desain kelas.

 Hasil akhir pengemasan produk

Produk siap dipasarkan