PAWAI BUDAYA DALAM RANGKA HARI ULANG TAHUN KECAMATAN SATUI KE-362

Pada 31 Agustus 2025, Kecamatan Satui menggelar hajatan akbar. Perayaan ulang tahun tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Pawai Budaya yang diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat. 
Kegiatan ini juga dalam rangka peringatan haul KH. Idham Chalid ke 15. Beliau adalah pahlawan nasional yang lahir di Satui pada 27 Agustus 1921Beliau pernah menjabat sebagai wakil perdana menteri Indonesia, Ketua MPR ke-3, Ketua DPR RI ke-6, dan sebagainya
Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Tanah Bumbu periode 2025-2030, yaitu Bapak Andi Rudi Latif dan Bapak H. Bahsanuddin.
Perayaan acara yang sangat meriah ini juga disemarakkan dengan ritual "Rebutan Gunungan Ketupat Balamak". Setelah pembacaan doa sebagai tanda syukur, masyarakat bersama-sama menikmati ketupat balamak, yaitu ketupat nasi yang dimasak dengan garam dan santan sehingga memiliki rasa yang gurih dan lezat.
SMAN 1 Satui ikut memeriahkan acara dengan membawakan persembahan tarian pembuka.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wahana Satui yang diapit oleh kantor kecamatan Satui DAN Polsek Kecamatan Satui.

Begitu besarnya antusiasme masyarakat sekitar terlihat jelas dari atas ketika dipotret menggunakan drone. Bahkan ketika rombongan pawai belum selesai, lapangan tersebut sudah tidak mampu menampung banyaknya peserta pawai. Akibatnya, iring-iringan pawai tersendat di beberapa titik. Namun tidak menghalangi semnagat para peserta. Akhirnya, dengan koordinasi bersama, seluruh rangkaian pawai budaya mampu diselesaikan dengan baik.
Ekstrakurikuler Drum Band SMAN 1 Satui menjadi barisan tersepan dalam rombongan pawai. Iringan musik drum band dengan variasi lagu ikut menyemarakkan suasana.

Ketika rombongan telah sampai di depan panggung, para anggota drumband menunjukkan aksinya. Variasi gerakan dan tabuhan menghibur penonton dan juri.

Bapak/Ibu dewan guru dan staf ikut memeriahkan acara dengan menggunakan kaos, laung, dan jilbab sasirangan. Sesuai dengan tema pawai yang diusung, yaitu " Melestarikan budaya kain sasirangan sebagai cermin generasi bangsa".

Bahkan, ornamen sasirangan yang dikenakan oleh siswa, baik kerudung maupun laung (ikat kepala khas Kalimantan Selatan) adalah hasil karya siswa dalam kegiatan kokurikuler. Siswa bangga membuat dan mengenakannya dalam kegiatan pawai budaya.

Selain itu, siswa juga dibebaskan mengenakan baju adat sebagai simbol semangat Bhinneka tunggal ika. Kecamatan Satui merupakan daerah yang memiliki demografi yang beragam, berasal dari berbagai suku dan ras. Meskipun demikian seluruh penduduknya hidup rukun dan damai.
Ibu Rosita Dian EKA, S.Pd selaku wakil kepala sekolah bidang sarana SMAN 1 Satui bahkan ikut serta dalam pawai. Tidak tanggung-tanggung, beliau juga ikut mengenakan kostum bertema lingkungan yang lestari. Hal ini selaras dengan konsep SMAN 1 Satui yang hingga saat ini masih bertahan menjadi sekolah adiwiyata nasional.
Siswa menggunakan ikat kepala (laung) bikinan sendiri sambil membawa ornamen pawai. Meskipun terlihat sederhana, akan tetapi perjuangan pembuatan sasirangan bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu perjuangan yang panjang dan melelahkan. Oleh karena itu, mereka sangat bangga mengenakan hasil kreasi sendiri.
Barisan baju adat dipersilakan menggunakan kostum yang disukai dengan tatanan make up yang selaras. Semuanya bekerja sama dalam harmoni yang indah.
Baju adat dayak pun juga tampil sangat cantik dan eksotik. Meskipun pawai diadakan pada tengah hari, tidak menyurutkan semangat para peserta pawai, khususnya dari SMAN 1 Satui untuk mengikuti acara sampai akhir. Untungnya cuaca mendukung. Mendung senantiasa menggelayuti langit Satui tanpa diiringi hujan.
Baju adat Bali juga ditampilkan oleh siswa SMAN 1 Satui. Masyarakat suku Bali juga menjadi bagian penting dalam tatanan masyarakat Satui. Keelokan budaya yang menjadi ciri khasnya tidak lepas dari sorotan perhatian.


Keelokan tarian dari siswa SMAN 1 Satui juga menarik perhatian. Setelah menjadi juara 1 dalam lomba peringatan HUT RI beberapa waktu sebelumnya, kemampuan para peserta ekstrakurikuler tari SMAN 1 Satui tidak perlu diragukan lagi. 
Bapak Firman Noor selaku pembina ekstrakurikuler Drum band SMAN 1 Satui selalu siap dan sigap mengawasi performa.
Iring-iringan pawai budaya dari SMAN 1 Satui mengular panjang karena melibatkan seluruh kelas X, XI, dan XII, serta dewan guru dan staf.

Beragam kostum adat dibawakan oleh siswa dan siswi SMAN 1 Satui. Hal ini menunjukkan bahwa keberagaman tidak menghalangi semangat persatuan bangsa.

Ibu May Linda, S.Pd dan Ibu Rina Yunita, S.Pd selaku wali kelas selalu siap mendampingi siswa dalam kegiatan pawai budaya. Tidak hanya sebagai partisipan, beliau juga mengkoordinir kebutuhan siswa selama kegiatan berlangsung.
Meskipun rute pawai yang cukup menantang karena lumayan jauh, para anggota drum band masih mampu bertahan hingga garis finish.
Salah satu maskot pawai budaya terlihat cantik mengenakan kebaya merah yang serasi dengan sasirangan yang menjadi ornamen utama kostum pawai.
Atraksi drum band selalu menjadi pusat perhatian penonton dan juri. Para anggotanya menunjukkan kreasi gerakan di berbagai spot yang telah ditentukan agar masyarakat lebih leluasa menikmati pertunjukan.
Ornamen kain sasirangan berwarna abu dengan motif burgundy menghias cantik para pemain drum band. Hasil karya siswa SMAN 1 Satui yang dibuat di bulan Agustus dalam rangka kegiatan kokurikuler.
Kegiatan ini juga tidak lepas dari bantuan pengurus OSIS SMAN 1 Satui. Segala persiapan hingga kegiatan selesai, seluruh kegiatan dibantu oleh pengurus OSIS di bawah koordinasi guru.
Titik awal pawai budaya untuk SMAN 1 Satui adalah Kantor Koramil Kecamatan Satui. Lokasi ini dipilih karena mengingat jumlah peserta yang sangat banyak, sehingga memerlukan ruang yang cukup untuk persiapan.
Nomor peserta 028 untuk kategori C (SMA sederajat) dibawa oleh anggota Paski SMAN 1 Satui. Mengenakan kostum sayap merah-putih melambangkan semangat nasionalisme.
Tentu saja adat Banjar tidak pernah terlupakan dalam konsep pawai budaya SMAN 1 Satui. Sebagai masyarakat yang tinggal di Pulau Borneo, budaya Kalimantan Selatan tidak pernah lekang oleh waktu.
Potret bapak/ibu guru dan staf yang ikut semangat mulai dari garis awal hingga finish mendampingi siswa.
Kain sasirangan khas Kalimantan Selatan pada era saat ini sudah banyak dikreasikan. Motif dan warna yang beragam membuat kain tersebut cocok untuk dikenakan oleh semua kalangan dari semua usia.
Peserta pawai SMAN 1 Satui membaur bersama peserta lainnya dalam kategori sekolah. Kemudian disusul di barisan paling belakang adalah barisan peserta pawai dari masyarakat umum.
Barisan pawai SMAN 1 Satui yang rapi dan teratur jika dilihat dari depan. Seluruhnya diawasi oleh pembina dan dibantu oleh para official yang membantu membersihkan sampah dan memberikan air minum.
Saat rombongan baru saja tiba di depan panggung, para rombongan pawai disambut oleh para penonton dan juri.
Kegiatan pawai budaya ini memiliki garis finish di panggung utama RTH Wahana Satui. Seluruh peserta menunjukkan atraksi dan penampilan terbaiknya di depan panggung utama.

Perjuangan peserta pawai SMAN 1 Satui alhamdulillah membuahkan hasil yang maksimal. Juara 1 diraih kembali oleh SMAN 1 Satui dalam kategori pelajar SMA sederajat. Hal ini menjadi pemacu semangat bagi seluruh warga sekolah untuk mengikuti kegiatan lain berikutnya.

Komentar

Postingan Populer