LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI
ACARA I
PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI, DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUKLAHAN YANG ADA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur litologi, proses, dan ciri bentuklahan asal genesis.
2. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang berdasarkan peta topografi / peta kontur tersebut.
II. BAHAN DAN ALAT
1. Peta RBI Lembar 1408 - 221 BANTUL skala 1 : 25000
2. Peta RBI Lembar Dringo Skala 1: 25000
3. Plastik Transparansi
4. Kertas Kalkir
5. Alat tulis
III. DASAR TEORI
Salah satu kunci pokok dalam mempelajari geomorfologi adalah “Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan evolusi yang sederhana”. Hal ini dapat diketahui bahwa proses yang bekerja pada suatu kenampakan di bumi saat ini tidak hanya bekerja dalam satu proses akan tetapi talah mengalami proses yang banyak, bervariasi maupun berulang-ulang yang pada akhirnya akan membentuk kenampakan yang kompleks seiring dengan berjalannya waktu.
Dalam hal ini struktur geologi dan litologi memegang peranan penting dalam analisis geomorfologi karena dapat diketahui proses-proses yang telah terjadi baik yang bersifat konstruksional maupun destruksional.
PENDEKATAN
Beberapa kenampakan peta RBI / topografi yang penting untuk dieprhatikan dalam melakukan penafsiran adalah:
1. Pola Aliran
2. Kelurusan (lineament) punggungan, puncak bukit, lembah, dan lereng
3. Bentuk-bentuk bukit
4. Aliran sungai (hal ini diaplikasikan dengan beberapa klasifikasi genesa dan pola aliran sungai)
5. Penyempitan dan pelebaran lembah
6. Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba
Berdasarakan kenampakan tersebut di atas dapat dilakukan pendekatan untuk mengetahui:
1. Litologi
Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat digunakan untuk membedakan:
a. Batuan keras (litologi resisten)
b. Batuan lunak (litologi non resisten)
c. Batuan urai (umumnya berupa endapan aluvial)
d. Batuan karbonat (karst topografi)
Adapun cara-cara penafsirannya:
a. Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras / resisten
b. Kontur jarang / renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak
c. Pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola kontur di sekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang keras
2. Struktur Geologi
Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan, sesar, dan kekar, yang dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola atau sifar garis kontur pada peta topografi.
a. Struktur Lipatan
Dapat diketahui dengan menafsirkan kedudukan pelapisan batuannya.
¯ Kedudukan lapisan batuan / kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan dengan kenampakan kerapatan konturnya, di mana lapisan miring dicirikan oleh adanya gawir-gawir terjal (ditunjukkan dengan garis kontur yang rapat) yang memotong lapisan dan arah kemiringan batuan tersebut searah dengan kemiringan landai dari topografinya (diperlihatkan dengan punggungan yang landai) hal ini pada peta topografi ditunjukkan dengan pola garis kontur yang renggang.
¯ Kemiringan lapisan batuan tersebut dapat mempunyai arah kemiringan satu arah (berlawanan), tiga arah dan segala arah. Kemirinagan satu arah disebut sayap lipatan, dua arah lipatan (sinklim atau antiklin), tiga arah disebut lipatan (sinklin atau antiklin) menunjam serta kemiringan lapisan segala arah disebut sebagai dome.
¯ Lapisan horizontal dicirikan dengan permukaan yang datar dengan garis kontur yang jarang, tebing-tebingnya terjal atau bervariasi atau berundak (tergantung resistensi batuannya) dengan pola kontur menyesuaikan dengan relirf sama.
b. Struktur Sesar
Ditandai dengan:
¯ Pola kontur yang panjang, lurus, dan rapat
¯ Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan mendadak serta menyimpang dari pola arah umum
¯ Jajaran triangular facet
¯ Jajaran mata air
¯ Pelengkungan dari kelurusan punggungan serta adanya offset morfologi
c. Struktur Kekar
Ditandai dengan adanya kelurusan gawir, lembah-lembah, bukit-bukit, dan celah-celah. Sering pula dengan pola tertentu dan tidak hanya satu arah, atau dapat pula dilihat dari pola perkembangan sungai.
3. Pola Pengaliran
a. Dendritik
Pola aliran yang anak-anak sungainya bermuara pada sungai induk secara tidak teratur. Tempat pertemuan anak-anak sungai dengan sungai induk ada yang berbentuk sudut dan ada yang berbentuk sudut tumpul. Umumnya terbentuk pada daerah dengan resistensi batuan yang seragam dan tidak begitu terjal.
b. Parallel
Pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai satu dengan sungai lainnya. Tempat pertemuan anak-anak sungai dan sungai induk berbentuk sudut lancip. Pola aliran ini umumnya terdapat di daerah perbukitan dengan lereng terjal.
c. Radial
¯ Sentrifugal
Pola aliran di mana sungai-sungai mengalir secara radial dari puncak suatu dome atau gunungapi.
¯ Sentripetal
Pola aliran di mana sungai-sungai mengalir menuju pusat suatu cekungan.
d. Anular
Pola aliran yang terbentuk pada daerah kutub struktural yang telah terkikis dewasa sehingga sungai-sungai besarnya mengalir melingkar mengikuti struktur batuan lunak.
e. Trellis
Pola aliran di mana sungai-sunsgai induk hampir sejajar anak-anak sungai hampir membentuk sudut 90o dengan sungai induk.
f. Rectangular
Pola ini berkemang mengikuti patahan, belahan, dan kekar. Sungai-sungainya lurus dan belokan terjadi dengan tiba-tiba serta bersudut.
g. Angular
Pola ini merupakan modifikasi dari rectangular. Sungai-sungai ditandai dengan belokan bersusut tajam yang erkenaan dengan adanya patahan. Sungai-sungai cabang lebih kurang paralel dan menggabung ke sungai utama dengan sudut tumpul
4. Bentuklahan
Berdasarkan genesisnya, bentuklahan dibedakan menjadi 8. Dalam pemetaan geomorfologi, masing-masing bentuklahan memiliki simbol (bidang dan warna) yang berbeda. Adapun simbol untuk tiap-tiap bentuklahan asal genesa adalah sebagai berikut:
NO | ASAL BENTUKLAHAN | SIMBOL BIDANG + WARNA |
1. | Vulkanik | Merah |
2. | Struktural | Merah lembayung |
3. | Denudasional | Coklat |
4. | Fluvial | Biru tua |
5. | Marin | Hijau |
6. | Aeolian | Kuning |
7. | Solusional | Orange |
8. | Glasial | Biru muda |
9. | Organik | |
(Verstappen dan Van Zuidam, 1968)
IV. LANGKAH KERJA
1. Mengamati secara cermat peta RBI yang tersedia.
2. Membuat pola aliran pada masing-masing peta RBI yang tersedia dengan berdasrkan garis kontur (lembah dan punggungan).
3. Mengklasifikasikan jenis pola aliran yang digambar.
4. Menentukan jenis litologi yang ada dengan pendekatan peta RBI / topografi.
5. Menentukan struktur geologi yang bekerja dan mengemukakan bukti-bukti yang memperkuat.
6. Melengkapi informasi yang ada pada masing-masing peta kontur berdasarkan bentuklahan, seperti material yang umumnya berada pada bentuklahan tersebut, serta proses geomorfologisnya berdasarkan referensi terkait.
No | Bentuklahan | Pola Aliran | Struktur Geologis | Material Penyusun | Proses Geomorfologis | Keterangan |
1. | | | | | | |
2. | | | | | | |
3. | | | | | | |
4. | | | | | | |
7. Membuat penampang melintang A – B yang mewakili variasi kenampakan permukaan yang terdapat dalam peta tersebut, kemudian membuat keterangan di bawahnya secara rinci dan jelas.
8. Mendiskusikan masalah berikut:
Di dalam peta terdapat informasi tentang adanya sungai Oyo. Sungai Oyo merupakan sungai yang telah mengalami beberapa kali pengangkatan.
a. Kenampakan apa yang mendukung fenomena tersebut? (mengamati peta RBI yang tersedia)
b. Mengapa proses tersebut dapat terjadi?
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
· Peta RBI yang digunakan dalam praktikum adalah Peta RBI Lembar Dringo 1407-543 dan Peta RBI Lembar Bantul 1408-221
· Kedua Peta RBI menunjukkan informasi pola aliran yang dapat disadap dan digunakan untuk membuat Peta Pola Aliran. Pembuatan peta tersebut dilakukan dengan menyalin sungai yang terdapat di Peta RBI. Hasilnya terlampir pada laporan praktikum ini.
· Peta Pola Aliran menunjukkan bahwa cakupan wilayah tersebut memiliki pola aliran paralel dan pola aliran trelis.
· Berdasarkan Peta RBI, kita dapat mengidentifikasi dan menganalisa bahwa terdapat 4 jenis litologi yang terdapat dalam wilayah tersebut, yaitu:
Ø Batuan keras (litologi resisten)
Ø Batuan lunak (litologi non resisten)
Ø Batuan urai (endapan aluvial)
Ø Batuan karbonat (karst topografi)
· Struktur geologi yang bekerja di lokasi pengamatan, antara lain:
a. Lipatan
b. Sesar / Patahan
c. Kekar / Retakan
· Bentuklahan yang ditemukan pada lokasi pengamatan adalah
1. Bentuklahan Solusional
2. Bentuklahan Struktural
3. Bentuklahan Fluvial
4. Bentuklahan Vulkanik
2. PEMBAHASAN
· Peta RBI yang digunakan dalam praktikum adalah Peta RBI Lembar Dringo 1407-543 dan Peta RBI Lembar Bantul 1408-221. Berdasarkan inset peta yang terdapat pada informasi tepi peta, maka dapat diketahui bahwa kedua peta mengilustrasikan wilayah yang saling bersebelahan membujur dari selatan ke utara.
· Kedua Peta RBI menunjukkan informasi pola aliran yang dapat disadap dan digunakan untuk membuat Peta Pola Aliran. Pembuatan peta tersebut dilakukan dengan menyalin sungai yang terdapat di Peta RBI. Hasilnya terlampir pada laporan praktikum ini.
· Peta Pola Aliran menunjukkan bahwa cakupan wilayah tersebut memiliki pola aliran yang beragam. Secara lebih spesifik, pola aliran yang terdapat di wilayah tersebut adalah pola aliran paralel dan pola aliran trelis. Pola aliran paralel merupakan pola aliran yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai satu dengan yang lainnya. Sedangkan pola aliran trelis adalah pola aliran sungai yang sungai-sungai induknya hampir sejajar dan anak-anak sungainya juga hampir sejajar serta membentuk sudut 90º terhadap sungai induknya.
Pada “Peta Pola Aliran dan Litologi Sebagian Wilayah Bantul Tahun 1999”, dapat dianalisa bahwa pola aliran trelis terdapat pada bagian utara sungai utama (Sungai Opak). Sedangkan pola aliran paralel terdapat pada bagian selatan sungai utama.
Persebaran pola aliran semacam ini disebabkan karena perbedaan masing-masing wilayah. Pola aliran paralel terdapat pada bagian selatan sungai utama karena di wilayah tersebut terdapat perbukitan dengan lereng yang terjal. Hal ini diketahui berdasarkan kontur yang rapat pada peta RBI. Selain itu, struktur yang terdapat di wilayah tersebut juga menyebabkan jarak cabang-cabangnya beraturan.
Berbeda halnya dengan pola aliran trelis. Pola aliran trelis terdapat pada di bagian utara sungai utama yang memiliki topografi yang lebih landai daripada di bagian selatan. Hal ini ditunjukkan dengan kontur yang jarang. Pola ini juga menunjukkan karakteristik batuan yang terlipat kuat atau sangat miring. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati peta RBI. Bagian selatan memiliki topografi yang terjal dan mencolok dibandingkan wilayah di bagian utara sungai utama. Kesenjangan inilah yang menyebabkan kemiringan batuan yang ekstrim.
· Berdasarkan Peta RBI, kita dapat mengidentifikasi dan menganalisa litologi wilayah yang tersebut. Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menentukan jenis litologi adalah pola dan sifat garis kontur. Informasi kontur yang diperoleh dari kedua Peta RBI menunjukkan bahwa terdapat 4 jenis litologi yang terdapat dalam wilayah tersebut, yaitu:
Ø Batuan keras (litologi resisten)
Persebarannya ditunjukkan pada Peta Pola Aliran dan Litologi Sebagian Wilayah Bantul Tahun 1999 dengan simbol area berwarna ungu. Hasil deliniasi diperoleh dari data kerapatan kontur yang tinggi dari Peta RBI.
Ø Batuan lunak (litologi non resisten)
Persebaran jenis litologi ini ditunjukkan dengan simbol area berwarna orange. Wilayah yang memiliki litologi non resisten memiliki kontur yang jarang atau renggangm yang berarti topografinya berupa perbukitan.
Ø Batuan urai (endapan aluvial)
Batuan urai (umumnya berupa endapan fluvial) dapat dikenali secara langsung dalam Peta RBI dengan simbol area berwarna putih disertai bintik-bintik kecoklatan dan berasosiasi dengan sungai maupun pantai. Jenis litologi batuan urai yang berdekatan dengan sungai menunjukkan bahwa wilayah itu merupakan daerah sedimentasi material-material sungai yang berada di atasnya. Sedangkan batuan urai di sekitar pentai menunjukkan bahwa wilayah tersebut adalah tempat sedimentasi pasir-pasir lautan hasil erosi air laut terhadap batuan di sekitar pantai maupun hasil akumulasi sedimentasi sungai-sungai yang bermuara ke tempat tersebut.
Ø Batuan karbonat (karst topografi)
Litologi ini dapat dikenali pada Peta RBI berdasarkan ciri wilayahnya yang memiliki pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola kontur di sekitarnya. Hasil deliniasi litologi karst ditunjukkan dengan simbol area berwarna hijau pada Peta Pola Aliran dan Litologi Sebagian Wilayah Bantul Tahun 1999.
· Struktur geologi yang bekerja di lokasi pengamatan, antara lain:
a. Lipatan
Pada peta, keberadaan struktur lipatan di lokasi pengamatan dicirikan oleh gawir-gawir terjal yang ditunjukkan dengan garis kontur yang rapat bergelombang (melengkung).
b. Sesar / Patahan
Pada peta, sesar di lokasi pengamatan dapat ditunjukkan dengan:
ü Pola kontur yang panjang, lurus, dan rapat
ü Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan membentuk sudut
c. Kekar / Retakan
Pada peta, keberadaan kekar dapat diindikasikan oleh garis kontur yang rapat, yang menunjukkan bahwa pada daerah tersebut terjadi gaya tekan atau gaya tarik.
· Bentuklahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang mempunyai selang karakteristik fisik dan visual dimanapaun bentuklahan itu ditemukan. Berdasarkan Peta Bentuklahan yang telah dibuat, diinformasikan terdapat 4 bentuklahan yang berada pada wilayah pengamatan, yaitu:
1. Bentuklahan Solusional
Adalah bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan. Bentuklahan ini sering didentikkan dengan KARST. Karst merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh keterlarutan batuannya yang tinggi di dalam air.
Contoh satuan bentuklahan solusional: karst semu, kerucut karst, bukit sisa, dsb.
2. Bentuklahan Struktural
Bentuklahan ini terbentuk karena danya proses endogen (tektonik/diastropisme). Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi tertentu. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengenalan bentuklahan ini adalah:
¯ Perbedaan daya tahan (resitensi) batuan
¯ Sifat kelolosan air
¯ Pola aliran yang terbentuk
Contoh satuan bentuklahan struktural: gawir sesar, horst, graben, pegunungan / perbukitan antiklinal, sinklinal, monoklinal, dsb.
3. Bentuklahan Fluvial
Bentuklahan fluvial berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Secara umum, proses yang bekerja pada bentuklahan ini adalah erosi, transportasi, dan sedimentasi.
Contoh satuan bentuklahan fluvial: dataran aluvial Kali Opak, sungai berair, dataran banjir, tanggul sungai, dsb.
4. Bentuklahan Vulkanik
Bentuklahan ini terjadi akibat vulkanisme , yaitu berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi. Contoh satuan bentuklahan vulkanik: dataran fluviatil (dataran rendah) Gunung Merapi, atau pada skala yang lebih rinci dapat dijumpai kepundan, kerucut gunungapi, medan lahan, dsb.
Berikut ini adalah tabel mengenai bentuklahan yang telah ditemukan pada Peta RBI
No | Bentuklahan | Pola aliran | Struktur Geologis | Material penyusun | Proses geomorfologi |
1 | Solusional | Thermokarst | Sesar dan kekar | Batu gamping | Degradasi |
2 | Struktural | Paralel | Lipatan | Batuan resisten | Diastropisme |
3 | Fluvial | Sentripetal | Sesar | Endapan aluvial | Degradasi (erosi air) |
4 | Vulkanik | Radial | Rekahan | Batuan beku | Volkanisme |
DISKUSI
Pada peta, kita dapat menemukan Sungai Oyo. Sungai Oyo pada kenyataannya telah mengalami beberapa kali pengangkatan.
- Kenampakan apa yang dapat mendukung fenomena tersebut? (amati peta RBI)
Kenampakan ini berikut ini dibuktikan dengan adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan. Peta RBI menunjukkan bahwa Sungai Oyo berbentuk hampir lurus, tidak seperti sungai pada umunya yang berkelok-kelok. Hal ini disebabkan karena Sungai Oyo merupakan jalur patahan.
- Mengapa fenomena tersebut dapat terjadi?
Proses pengangkatan Sungai Oyo terjadi pada Kala Miosen atau Plestosen Tengah. Saat itu dasar lautan di daerah itu terangkat ke atas. Proses pengangkatan ini disebabkan karena adanya proses subduksi di bagian selatan pulau Jawa. Penunjaman lempeng Samudera Hindia terhadap lempeng benua Eurasia menghasilkan suatu tenaga yang cukup besar untuk mendesak daratan bagian selatan pulau Jawa sehingga tebentuklah topografi yang ekstrim. Pada proses pengangkatan tersebut dasar lautan yang semula merupakan teluk besar, berubah menjadi bukit-bukit yang kemudian menjadi bagian dari Pegunungan Selatan atau lebih dikenal Pegunungan Seribu. Inilah tempat Sungai Oyo berada. Kawasan ini merupakan plato yang miring ke arah selatan menuju Samudra Hindia. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Akibatnya, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial yang sekaligus berbentuk graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan. Salah satunya adalah Sungai Oyo.
Pada dasarnya Sungai Oyo berpotensi sebagai zona bergerak, dan oleh Van Bemmelen (1949) zona ini dinamakan “Transversal Fault Of Java”. Patahan jawa bagian selatan ini merupakan patahan tidak aktif, tetapi jika mendapat tunjaman dari lempeng Samudra Hindia (tektonik) yang terlalu besar, maka dapat teraktifkan kembali. Salah satu dampak yang timbul akibat aktifnya patahan adalah potensi terjadinya gempabumi tektonik seperti yang beberapa tahun lalu terjadi di Bantul, Yogyakarta.
V. DAFTAR PUSTAKA
Handout Pengenalan Struktur, Litologi, dan Proses Geomorfologis Berdasarkan Bentuklahan yang Ada . Surakarta : 2009
Suharsono, Prapto. 1988. Identifikasi Bentuklahan dan Interpretasi Citra untuk Geomorfologi. Yogyakarta : UGM
Srijono, dkk. 1981. Perpetaan Geomorfologi Metode ITC. Yogyakarta :UGM
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press
Komentar
Posting Komentar