LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI

ACARA II
PENGENALAN BENTUKLAHAN ASAL VOLKAN, FLUVIAL, SOLUSIONAL, DAN MARIN


I.             TUJUAN

1.      Mahasiswa dapat mengenal bentuklahan asal volkan, fluvial, solusional, dan marin
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tipe-tipe, dan unit bentuklahan yang ada pada masing-masing bentuklahan asal genesis.

II.          BAHAN DAN ALAT

1.      Peta RBI lembar Kaliurang 1408-224
2.      Peta RBI lembar Dringo 1407-543
3.      Peta RBI Lembar Gemolong 1408-621
4.      Kertas milimeter blok
5.      Kertas Kalkir
6.      Alat tulis

III.        DASAR TEORI

A.           Bentuklahan asal Volkan
Vulkanisme adalah semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan yang cenderung positif. Proses vulaknisme tersebut dipengaruhi oleh keberadaan magma di dalam bumi yang bersifat dinamis. Sifat bumi yang dinamis dalam membentuk gunungapi akan memberikan bentukan volkanis yang beraneka ragam pula. Secara garis besar dibedakan menjadi : lereng atas, lereng tengah dan lereng bawah. Perkembangan selanjutnya wilayah gunungapi dapat dibagi menjadi berbagai macam bentuklahan asal volkanis, yaitu :
Bentuk-bentuk Ekstrusif                                             Bentuk-bentuk Intrusif
-          Kawah                                                                   - Neck
-          Kaldera                                                                 - Dyke
-          Kerucut gunungapi                                               - Syle
-          Kubah lava                                                            - Batolit
-          Medan lava                                                           - Lakolit
-          Medan lahar                                                          - Pakolit

B.           Bentuklahan asal Fluvial
Bentuklahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran sungai maupun tidak yang terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat proses tersebut, maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi. Menurut perkembangan lembahnya sungai dibedakan menjadi:
a.       Stadium permukaan
Pada stadium ini sungai baru terbentuk dan lembah masih kecil.
b.      Stadium muda
Pada stadium ini lembah berbentuk “V”, dasar lembah belum rata, erosi vertikal (kebawah) > dari erosi horizontal, daya angkut sungai besar.
c.       Stadium dewasa
Gradien sungai mengecil, erosi vertikal < dari erosi horizontal, lembah berbentuk “U”, banyak terjadi sedimen sehingga air tak terkonsentrasi.

d.      Stadium tua
Pada stadium ini sungai sudah graded, hampir sejajar dengan permukaan bumi, sungai bermeander, pada daerah hilir arah sungai tak menentu.
C.          Bentuklahan Asal Solusional
Bentuklahan solusional mempunyai karakteristik relief dan drainase alami yang nampak spesifik karena proses solusional pada batuan yang mudah tersolusi. Karst sering disamakan dengan bentanglahan batugamping, meskipun karst dapat terjadi batuan gypsum, dolomic, sait dan glacier ice. Ford dan Williams (1989) mendefinisikan karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.
Faktor pengontrol
1.         Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai banyak rekahan
2.         Curah hujan yang cukup (> 250 mm/tahun)
3.         Batuan terekspos pada ketinggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi air/drainase secara vertikal.
Faktor pendorong
1.         Temperatur
2.         Penutupan hutan
Bentuklahan karst mayor dan minor. Bentuklahan karst minor dapat dikenali di lapangan seperti lapis solusional pits, facet, nutes dan runnels. Bentuklahan karst mayor dapat dibedakan menjadi:
1.         Bentuklahan negatif, seperti: doline, uvala, lembah karst, polje
2.         Bentuklahan positif, seperti: residual karst, bukit karst, tower, mogotes dan pepino hills.
D.           Bentuklahan asal marin
Bentuklahan asal proses marin adalah semua bentuklahan yang dihasilkan oleh aktivitas laut, yaitu adanya gelombang dan arus laut. Akibat keberadaan gelombang dan arus akan menghasilkan bentuklahan asal marin baik berupa bentukan erosional maupun deposisional. Bentukan erosional dapat berupa dinding terjal (cliff) sedangkan batuan deposisional dapat berupa delta, betinggisik, sedimen marin, tombolo dan spit. Proses marin sering dipengaruhi juga oleh aktivitas daratan, yaitu fluvial sehingga sering disebut fluvio marin. Contoh bentuklahan hasil proses fluvio marin adalah delta.
Daerah pesisir (coastal area) berdasarkan morfologinya dibedakan menjadi:
1.         Pesisir bertebing terjal (cliff)
Terjadi akibat proses abrasi yang intensif menyebabkan garis pantai mengalami mundur karena adanya proses gerak masa batuan. Materi penyusun daerah adalah material yang kompak didirikan dengan kemiringan lereng yang curam.
2.         Pesisir bergisik
Merupakan daerah yang datar sampai landai, tersusun atas material lepas-lepas. Keberadaan material dipengaruhi oleh suplai materi dari dataran yang terangkut oleh aliran sungai. Biasanya dijumpai pada daerah sekitar muara sungai.
3.         Pesisir berawa payau
Berasosiasi dengan daerah deposisional, sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang tumbuh (acretion). Tersusun atas material berbutir halus sehingga permeabilitas rendah. Berkembang pada daerah datar- landai, aktivitas gelombang kecil sehingga berkembang tumbuhan mangrove.



IV.       LANGKAH KERJA
A.    Bentuklahan asal volkan
1.      Berdasarkan peta topografi/kontur membuat pola aliran dengan menandai punggungan dengan xxx dan lembah dengan
2.      Membuat penampang melintang titik A dan B
3.      Mendeskripsikan tipe-tipe gunungapi yang ada (ciri-ciri lava, sifat letusan, dll) disertai dengan gambar

B.     Bentuklahan asal fluvial
Berdasarkan peta topografi/kontur,
·      Membuat penampang melintang A-B dan C-D
·      Mendeskripsikan perbedaan masing-masing penampang melintang (termasuk dalam stadium apa) disertai alasannya.
C.    Bentuklahan asal solusional
1.    Berdasarkan peta RBI menentukan daerah yang merupakan bentuklahan asal solusional dengan mengemukakan alasan yang menunjang.
2.    Membedakan antara bentukan positif dan negatif
3.    Membuat deskripsi dengan disertai gambar tentang macam-macam bentukan asal solusional baik yang positif maupun yang negatif.
D.    Bentuklahan asal marin
Membedakan bentuklahan asal marin baik berupa bentukan erosional maupun deposisional.

V.           HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      HASIL
a.    Bentuklahan asal volkan
1)   Berdasarkan peta topografi/kontur membuat pola aliran dengan menandai punggungan dengan xxx dan lembah dengan
Peta topografi yang digunakan dalam praktikum adalah Peta RBI lembar Kaliurang 1408-224. Fokus perhatian ditujukan pada tubuh gunungapi Merapi. Hasil deliniasi ditunjukkan pada “Peta Kontur dan Pola Aliran Sebagian Wilayah Kaliurang” yang telah terlampir.
2)   Membuat penampang melintang titik A-B
Hasil penampang melintang yang telah dibuat terlampir dalam kertas milimeter blok.
3)   Mendeskripsikan tipe-tipe gunungapi yang ada (ciri-ciri lava, sifat letusan, dll) disertai dengan gambar

Berikut ini adalah hasil deskripsi yang ditampilkan dalam tabel
No.
Tipe Gunungapi
Gambar
Ciri-ciri/ keterangan
1


2




3



4




5




6



7




8




9





10
Gunungapi Perisai


Gunungapi Maar




Gunungapi Strato



Hawaii




Stromboli




Perret (plinian)



Vulcano




Merapi




Vincent





Pelee












ü Kubah terdiri dari material basalt dan trakit
ü Tipe erupsi berupa lelehan
ü Terbentuk akibat semburan gas tunggal tanpa adanya lava
ü Letusan bersifat eksplosif
ü Lerengnya terdiri dari lapisan lava yang kedap air
ü Letusan bersifat eksplosif
ü Hampir tidak ada produk padat yang disemburkan
ü Letusan gas dan uap tidak begitu keras
ü Lava bersifat basa dan cair
ü Ledakan lebih umum dan teratur dengan intensitas menengah
ü Lava cair dengan tekanan gas tinggi
ü Erupsi bersifat eksplosif
ü Lava kurang cair
ü Erupsi menghasilkan awan debu berbentuk kembang kol
ü Lava yang dikeluarkan cair liat dengan tekanan gas agak rendah
ü Erupsi bersifat efusif
ü Lava agak kental, bertekanan gas rendah
ü Pada kawah terdapat danau kawah

ü Lava kental, tekanan gas besar
ü Letusan disertai guncangan bawah tanah


b.   Bentuklahan asal fluvial
1)   Membuat penampang melintang A-B dan C-D
Hasil penampang melintang A-B dan C-D terlampir dalam kertas milimeter blok.
2)   Mendeskripsikan perbedaan masing-masing penampang melintang (termasuk dalam stadium apa) disertai alasannya.
Penampang melintang A-B menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan stadium muda. Sedangkan penampang melintang C-D menunjukkan stadium tua. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan topografi yang selanjutnya mempengaruhi perkembangan sungai.
c.    Bentuklahan asal solusional
1)   Berdasarkan peta RBI lembar Dringo 1407-543 menentukan daerah yang merupakan bentuklahan asal solusional dengan mengemukakan alasan yang menunjang.
Hasil deliniasi pada “Peta Bentuklahan Sebagian Wilayah Dringo Tahun 1998” menunjukkan daerah bentuklahan asal solusional dengan simbol area berwarna orange. Deliniasi dilakukan berdasarkan pengamatan kontur pada Peta RBI lembar Dringo. Penjelasan selanjutnya akan dibahas pada bagian pembahasan.
2)   Membedakan antara bentukan positif dan negatif
Bentuklahan negatif yang ditemukan berupa : doline, uvala, lembah karst, polje. Sedangkan bentuklahan positif berupa: residual karst, bukit karst, tower, mogotes dan pepino hills.
3)      Membuat deskripsi dengan disertai gambar tentang macam-macam bentukan asal solusional baik yang positif maupun yang negatif.
No.
Bentuklahan positif
Gambar
Ciri-ciri/ keterangan
1




2





3



4







5



Residual karst




Bukit karst





Tower



Mogotes







Pepino hills












ü Merupakan sisa proses pencucian dan erosi
ü Kenampakannnya di lapangan tidak pernah utuh
ü Berlereng terjal dan dikelilingi oleh depresi berbentuk bintang
ü Lebih sering dijumpai berbentuk setengah bola
ü Merupakan bukit sisa pelarutan dan erosi berbentuk menara dengan lereng yang terjal.
ü Merupakan bukit terjal sisa hasil pelarutan dan erosi
ü Dikelilingi dataran aluvial yang hampir rata

ü adalah bentangalam perbukitan yang tersusun dari batugamping yang berbentuk kerucut


No.
Bentuklahan negatif
Gambar
Ciri-ciri/ keterangan
1



2




3



4





Doline



Uvala




Lembah karst



Polje










ü Merupakan depresi tertutup hasil pelarutan
ü Diameter hingga beberapa km
ü Merupakan ledokan tertutup yang luas
ü Terbentuk dari gabungan beberapa doline
ü Terbentuk oleh aliran air permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya.
ü Merupakan ledokan tertutup yang amat luas di daerah topografi karst
ü Dasarnya datar dan dikelilingi dinding yang curam.
d.   Membedakan bentuklahan asal marin baik berupa bentukan erosional maupun deposisional
Peta Bentuklahan Sebagian Wilayah Dringo Tahun 1998 menunjukkan persebaran bentuklahan asal marin baik berupa bentukan erosional maupun deposisional. Bagian barat merupakan pesisir berawa payau, bagian tengah pasir bergisik dan kemudian pasir bertebing terjal.

2.      PEMBAHASAN
a.    Bentuklahan asal volkan
1)   Berdasarkan peta topografi/kontur membuat pola aliran dengan menandai punggungan dengan xxx dan lembah dengan
Peta topografi yang digunakan dalam praktikum adalah Peta RBI lembar Ngablak. Fokus perhatian ditujukan pada tubuh gunungapi Merapi. Hasil deliniasi ditunjukkan pada “Peta Kontur dan Pola Aliran Sebagian Wilayah Ngablak” yang telah terlampir.
Deliniasi punggungan maupun lembah dilakukan berdasarkan informasi topografi yang disadap dari data kontur yang diperoleh dari Peta RBI. Punggungan di dalam Peta RBI disimbolkan dengan kontur yang berbentuk huruf “V” dengan elevasi yang bertambah ketika semakin mendekati puncak Gunungapi Merapi.
Hampir sama dengan deliniasi punggungan, deliniasi lembah dilakukan berdasarkan informasi kontur dari Peta RBI lembar Ngablak. Namun, terdapat perbedaan pada karakteristik kontur yang dipilih. Kontur yang melambangkan lembah adalah kontur berbentuk huruf “V” terbalik dan nilai elevasinya semakin berkurang jika menjauhi puncak Gunungapi Merapi.
Perbedaan yang sangat mencolok antara punggungan dan lembah juga dapat dihubungkan dengan pola aliran di sekitarnya. Lembah selalu dilalui oleh sungai karena memiliki topografi yang elevasinya lebih rendah dan terkonsentrasi daripada daerah di sekitarnya. Sebaliknya, punggungan tidak akan pernah dilalui oleh sungai (aliran permukaan) karena bentuknya yang positif dengan elevasi tertinggi dan tajam. Punggungan (igir) justru berperan sebagai pembatas sekaligus penyuplai dan pengarah aliran permukaan maupun air tanah agar mengalir ke arah lembah yang posisinya lebih rendah dan terpusat.
2)   Penampang melintang A-B
Penampang melintang A-B merupakan ilustrasi bentuk dua dimensi tubuh Gunungapi Merapi. Pembuatan penampang melintang (profil) dilakukan dari lereng bawah melalui puncak Gunungapi Merapi hingga sampai pada lereng di baliknya. Dengan demikian, diharapkan profil yang dibuat dapat mewakili kenampakan sesungguhnya secara lengkap.
Profil yang terlampir menunjukkan bahwa titik terendah yang diambil adalah 1250 meter dan titik tertinggi (puncak) berada pada kisaran 2950 meter lalu selanjutnya berhenti pada titik 2050 meter.
Informasi yang dapat diperoleh dari profil tersebut antara lain adalah bentuk dan tipe serta karakteristik Gunungapi Merapi.
·         Bentuk Gunungapi Merapi
Hal yang secara langsung dapat diketahui berdasarkan penampang melintang tersebut adalah bentuk Gunungapi Merapi. Bentuk penampang melintang yang terlampir menyerupai kerucut dengan lereng yang sangat terjal. Bentuk gunungapi semacam ini disebut strato (kerucut piroklastik)
·         Tipe Gunungapi Merapi
Tipe Gunungapi ini adalah tipe Merapi. Hal ini tidak hanya ditentukan berdasarkan oleh nama gunungapi tersebut saja, namun hal ini juga dibuktikan dengan adanya awan pijar yang tertimbun di lerengnya dan menyebabkan aliran lahar hujan setiap tahunnya. Hal ini terlihat pada beberapa waktu lalu saat terjadi erupsi di Gunungapi Merapi tersebut.
·         Karakteristik Gunungapi Merapi
Bentuk dan tipe gunungapi dapat membantu untuk mengetahui karakteristik gunungapi tersebut. Karakteristik Gunungapi Merapi selanjutnya akan dibahas pada point pembahasan selanjutnya.
3)   Mendeskripsikan tipe-tipe gunungapi yang ada
Pada penampang melintang yang dibuat berdasarkan Peta RBI lembar Kaliurang, dapat diidentifikasi tipe gunungapi tersebut adalah Merapi. Namun, secara umum, masih terdapat banyak jenis-jenis gunungapi lain yang memiliki karakteristik tersendiri dan dapat dijadikan pembanding.
Dalam point hasil telah dilampirkan tabel perbandingan antara berbagai tipe gunungapi yang ada. Inti dari tabel tersebut adalah masing-masing gunungapi memiliki karakteristik masing-masing. Artinya, tipe gunungapi menentukan karakteristik gunungapi itu sendiri. Misalnya, tipe gunungapi Perisai terdiri dari material basalt dan trakit serta memiliki tipe erupsi berupa lelehan. Hal ini tentu saja berbeda dengan tipe gunungapi Maar yang terbentuk akibat semburan gas tunggal tanpa adanya lava dan letusannya bersifat eksplosif.
Gunungapi Merapi yang menjadi bahan analisa merupakan salah satu gunungapi yang bertipe Merapi. Tipe Merapi memiliki karakteristik sebagai berikut:
·         Gunungapi berbentuk strato memiliki lapisan-lapisan yang terdiri dari endapan yang berselang-seling. Endapan ini terdiri dari endapan lava yang yang membentuk lapisan kedap air yang dapat menjadi tempat cadangan air. Akibatnya, tipe gunungapi strato pada umunya memiliki mataair yang besar.
·         Selain itu, gunungapi bertipe Merapi memiliki lava yang bersifat cair liat dengan tekanan gas yang agak rendah. Akibatnya, erupsi berupa lelehan dan terkadang membentuk sumbat yang dapat menimbulkan bahaya berupa letusan magma.
b.   Bentuklahan asal fluvial
1)   Membuat penampang melintang A-B dan C-D
Hasil penampang melintang A-B dan C-D terlampir dalam kertas milimeter blok. Penampang dibuat berdasarkan kontur yang disalin dari peta RBI lembar Gemolong.
2)   Mendeskripsikan perbedaan masing-masing penampang melintang (termasuk dalam stadium apa) disertai alasannya.
Penampang melintang A-B menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan stadium muda. Sedangkan penampang melintang C-D menunjukkan stadium tua. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan topografi yang selanjutnya mempengaruhi perkembangan sungai.
a.      Penampang melintang A-B
Penampang melintang tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut adalah stadium muda. Hal ini dicirikan dengan
·               Lembah berbentuk “V”, dasar lembah belum rata, erosi vertikal (kebawah) > dari erosi horizontal, dan daya angkut sungai besar. Penampang lintang dari lembah berbentuk V, hal ini disebabkan daya kisis vertikal yang kuat sekali, karena gradient masih besar, dan disertai mas wasting pada bagian atas dari lembah.
·                  Sungai masih banyak mempunyai erosi basis sementara (temporary base level)
·                  Lebar pada bagian bawah dari lembah boleh dikatakan sama dengan lebar saluran sungai
·                  Pada stadium muda ini daya angkut dari air sungai merupakan daya angkut yang terbesar, oleh karenanya pada sungai yang mencapai stadium ini dapat kita lihat batu-batuan besar yang mengalami transport terutama setelah hujan lebat

b.   Penampang melintang C-D
Penampang melintang tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut adalah stadium tua. Ciri-ciri stadium tua adalah;
·                  Pada stadium ini sungai sudah graded, hampir sejajar dengan permukaan bumi, sungai bermeander, pada daerah hilir arah sungai tak menentu.
·                  Pada muara sungai, aliran sungai sudah tidak menentu lagi dan berpindah
·                  Pada stadium ini sungai umumnya bermeander, tetapi lebar dari jalur mendernya lebih lebar daripada stadium dewasa, dan meandernya disebut meander bebas
·                  Pada stadium ini keadaan pada seluruh bagian sungai sudah graded ini berarti bahwa seluruh daerah aliran sudah mengalami erosi sempurna dan sudah mnegalami peneplane
·                  Sungainya disebut sungai Brainded River (sungai teranyam)

c.    Bentuklahan asal solusional
1)   Berdasarkan peta RBI lembar Dringo 1407-543 menentukan daerah yang merupakan bentuklahan asal solusional dengan mengemukakan alasan yang menunjang.
Hasil deliniasi pada “Peta Bentuklahan Sebagian Wilayah Dringo Tahun 1998” menunjukkan daerah bentuklahan asal solusional dengan simbol area berwarna orange. Lokasi administratifnya berada di sebagian Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul dan sebagian Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia lembar Dringo yang merupakan bentuklahan asal solusional berada. Bentuklahan solusional terdapat di daerah tersebut karena :
·                  di daerah tersebut mempunyai karakteristik relief dan drainase alami yang nampak spesifik yang disebabkan oleh proses solusional pada batuan yang mudah tersolusi.
·                  topografi karst pada daerah tersebut merupakan topografi yang terbentuk oleh proses pelarutan.
·                  daerah Kecamatan Pundong dan Kecamatan Panggang berada pada daerah yang curah hujannya sedang sampai tinggi.
·                  daerah tersebut merupakan daerah yang dikelilingi oleh lembah sehingga air permukaan dapat masuk melalui rekahan-rekahan yang ada pada batuan sambil melarutkannya.

Daerah bentuklahan asal solusional pada Peta RBI dicirikan dengan pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola kontur di sekitarnya. Selanjutnya, deliniasi dilakukan dengan menggunakan batas kontur terluar yang bersebelahan dengan daerah lain yang memiliki bentuklahan.
2)   Membedakan antara bentukan positif dan negatif
Bentuklahan negatif yang ditemukan berupa : doline, uvala, lembah karst, polje. Sedangkan bentuklahan positif berupa: residual karst, bukit karst, tower, mogotes dan pepino hills.
3)   Membedakan antara bentukan positif dan negatif
Tabel yang terlampir pada bagian hasil telah menunjukkan perbedaan antara bentukan positif dan negatif. Secara deskriptif, inilah penjelasan yang lebih lanjut:
a.     Bentukan positif
·         Residual karst
Merupakan sisa proses pelarutan dan erosi yang masih tertinggal dan terus berkembang.
·         Bukit karst
Merupakan bukit karst yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dan dikelilingi oleh depresi yang biasanya disebut sebagai bintang (Ritter, 1978). Kerucut kars sering disebut sebagai kegelkars (bahasa Jerman). Pada kenyataannya kerucut kars sering kali lebih mirip setengah bola dibanding dengan bentuk kerucut (Lehman, 1963, dalam Bloom, 1979) (gambar V.14). Depresi tertutup yang mengelilingi bukit sisa biasanya terbentuk bintang dan tidak teratur sering disebut sebagai cockpits dan terbentuk oleh proses pelarutan sepanjang zona kekar atau patahan (Sweeting, 1958 dalam Ritter, 1978).
·         Tower
Merupakan bukit sisa pelarutan dan erosi berbentuk menara dengan lereng yang terjal, tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yng lain dan dikelilingi oleh dataran alluvial (Ritter, 1978). Menurut Jenning (1971) dalam Ritter (1978) menara kars dan kerucut kars dibedakan dalam hal keterjalan lereng dan adanya rawa / dataran alluvial yang mengelilinginya. Menara kars disebut juga pepino hill atau haystack atau turmkarst.
·         Mogotes
Adalah bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi, umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata (flat). Bentuknya kadang-kadang tidak simetri antara sisi yang mengarah kearah datangnya angin dengan sisi sebaliknya (Ritter, 1978) (Gambar 18). Mogote dan menara kars dibedakan dari bentuk dan keterjalan lereng sisi-sisinya.
·         Pepino hills
Pepino hills adalah bentangalam perbukitan yang tersusun dari batugamping yang berbentuk kerucut
b.    Bentukan negatif
·         Doline
Yaitu depresi tertutup hasil pelarutan denagn diameter mulai dari beberapa meter sampai beberapa kilometer, kedalamannya mencapai ratusan meter dan bentuknya dapat bundar atau lonjong (oval), (Twidale, 1967). Surupan (dolines) ini di Amerika Serikat disebut sebagai sink atau sink-holey (Ritter, 1978).
Jenning (1971) dan Bloom (1979), mengemukakan bahwa ada lima macam surupan yang dikenal yaitu surupan runtuhan (collapse dolines), surupan pelarutan (solution dolines), subsidence dolines, subjacent kars collapse dolines dan star-shape doline
·         Uvala
Adalah depresi tertutup yang besar, terdiri dari gabungan beberapa doline, lantai dasarnya tidak rata. Jenning (1967) dalam Ritter (1978), mengemukakan bahwa sebuah uvala terdiri dari 14 buah doline dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Ukuran diameternya berkisar antara 5 – 1000 meter dan kedalamannya berkisar antara 1- 200 meter, dindingnya curam
·         Lembah karst
Adalah lembah atau alur yang besar yang terdapat pada lahan kars. Lembah ini terbentuk oleh aliran air permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya. Secara umum, lembah kars dapat dibedakan menjadi beberapa macam dengan sifat pembaeda yang jelas
·         Polje
Depresi tertutup yang besar dengan lantai dasar dan dinding yang curam, bentuknya tidak teratur dan biasanya memanjang searah jurus perlapisan atau zona lemah structural. Pembentukannya dikontrol oleh litologi dan struktur dan mengalami pelebaran oleh proses korosi lateral pada saat ia terisi air (Riiter, 1979). Polje mempunyai ukuran yang sangat besar minimal dalam satuan kilometer persegi
d.   Bentuklahan asal marin
Peta Bentuklahan Sebagian Wilayah Dringo Tahun 1998 menunjukkan persebaran bentuklahan asal marin baik berupa bentukan erosional maupun deposisional. Bagian barat merupakan pesisir berawa payau, bagian tengah pasir bergisik dan kemudian pasir bertebing terjal.
1)      Pesisir berawa payau
Rawa payau mencirikan daerah pesisir yang tumbuh. Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambahnya daratan pada medan ini. Material penyusun umumnya berbutir halus dan medan ini berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang, pada pantai yang relatif dangkal. Medan ini sangat datar dan tergenang pada saat air laut pasang.
Ciri: material berupa pasir berbutir halus, lereng landai dan tergenang saat laut pasang, dan banyak ditemui mangrove.
2)      Pasir bergisik
Endapan pasir yang berada di daerah pantai pada umumnya memiliki lereng landai. Kebanyakan pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang tersangkut oleh aliran sungai, kemudian terbawa arus laut sepanjang pantai, dan selanjutnya dihempas gelombang ke darat. Sesuai dengan tenaga pengangkutnya, maka ukuran butir akan lebih kasar di dekat muara sungai dan berangsur-angsur semakin halus apabila semakin menjauhi muara. Pasir yang berasal dari bahan – bahan volkanik pada umumnya berwarna gelap(hitam atau kelabu) sedangkan yang berasal dari koral atau batu gamping berwarna kuning atau putih.
Ciri: bagian belakang memiliki beting (=ridges) yang umumnya terdiri dari beberapa jalur, lereng landai, material berupa pasir hitam yang berasal dari pedalaman (gunung) atau bahan vulkanik, biasanya ditemui gumuk pasir, daerah pantai yang tumbuh dan garis pantainya relatif lurus.
3)      Pasir bertebing terjal
Pantai bertebing terjal di daerah tropik basah pada umumnya menunjukkan kenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisan di daerah pedalaman. Aktivitas pasang-surut dan gelombang mengikis bagian tebing ini sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti: tebing (cliff), tebing bergantung (notch), rataan gelombang (platform), dan bentuk lainnya. Pantai berbatasan langsung dengan kaki bukit/gunung atau dengan dataran yang sempit. Teluk-teluk berselingan dengan punggungan bukit dengan berbagai struktur geologi seperti struktur lipatan, patahan, komplex, atau gunungapi. Dasar laut umumnya terjal, langsung ke laut dalam. Hal tersebut disebabkan oleh tenggelamnya wilayah tersebut oleh genangan airlaut (submergence).
Ciri: kenampakan lereng yang terjal,lahan tertutup rapat oleh vegetasi pada bagian atas dan terdapat singkapan batuan di bawahnya, material berupa pasir putih, pantai umumnya berkelok-kelok dan bertebing.

VI.        KESIMPULAN
1.      Berdasarkan Peta RBI lembar Kaliurang dan penampang melintangnya, gunungapi Merapi diklasifikasikan ke dalam tipe Merapi.
2.      Berdasarkan penampang melintang, dapat diketahui bahwa bentuklahan asal fluvial yang dianalisa memiliki stadium tua di bagian hilir dan stadium muda di bagian hulu sungai.
3.      Berdasarkan Peta RBI lembar Dringo, dapat dideliniasi bentuklahan solusional sekaligus bentukan positif dan negatif yang terdapat di dalamnya
4.      Berdasarkan Peta Bentuklahan Sebagian Wilayah Dringo Tahun 1998, dapat diidentifikasi dan dideliniasi bentuklahan asal proses marin beserta klasifikasinya, yaitu pasir bertebing terjal, pasir bergisik, dan pesisir berawa payau.


DAFTAR PUSTAKA

Handout Praktikum Geologi dan Geomorfologi Pengenalan Bentuklahan Asal Volkan, Fluvial, Solusional, dan Marin. Surakarta: 2011
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press
Endarto, Danang. 2007. Geomorfologi Umum. Surakarta: UNS Press 

Komentar

Postingan Populer