TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR AMDAL (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN)
METODOLOGI PRAKIRAAN DAMPAK
Prakiraan dampak pada AMDAL hanyalah dibatasi pada dampak penting. Untuk itu data yang dikumpulkan dipilih secara subjektif untuk memberikan landasan perhitungan pada dampak yang dianggap penting itu. Anggapan penting itu ialah dari sudut pandangan pemrakarsa proyek pemerintah, dan masyarakat dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan tentang suatu rencana proyek.
Prakiraan dampak dalam AMDAL memiliki 2 jenis metode, yaitu:
1. Metode informal
Dalam metode yang sederhana prakiraan dilakukan secara informal berdasarkan intuisi atau pengalaman. Dasar prakiraan itu tidak dinyatakan secara eksplisit. Prakiraan dampak dengan metode informal biasanya dilakukan apabila tidak terdapat data yang mencukupi, waktu dan biaya serta tenaga yang terbatas. Metode informal dapat dikaji dengan menggunakan model sebagai berikut:
· Metode daftar uji berskala
· Metode matriks Leopold
2. Metode formal
Metode ini mengutamakan penelitian yang sistematis dan terkonsep. Terdiri dari:
· Model prakiraan cepat
· Model matematik
· Model fisik
· Model eksperimental
Pada tulisan ini, penulis akan membandingkan metode formal, khususnya model prakiraan cepat dan model eksperimental.
1. Model prakiraan cepat
Model ini didasarkan pada penelitian atau sigi cepat.
2. Model eksperimental
Data untuk prakiraan dampak dapat juga didapat dari eksperimen di lapangan dan/atau di laboratorium. Eksperimen yang dilakukan ditentukan oleh data yang diperlukan. Berikut ini adalah perbandingan kedua model tersebut:
Praktikum Geografi tanah bersama Pak Setya Nugraha, M.Si
1. Lokasi penelitian
Model prakiraan cepat merupakan model penelitian yang memerlukan data lapangan, baik melalui observasi, maupun wawancara dengan narasumber (penduduk). Oleh karena itu, pengumpulan data menuntut peneliti untuk terjun langsung ke lapangan.
Sedangkan model eksperimental lebih fleksibel. Peneliti tidak hanya dapat melakukan penelitian di lapangan, melainkan juga di laboratorium dengan menggunakan peralatan yang canggih untuk menguji suatu percobaan.
2. Waktu penelitian
Model prakiraan cepat merupakan penelitian yang dilakukan dengan amat cepat. Biasanya penelitian yang menggunakan model ini dilakukan dengan berkeliling lapangan penelitian menggunakan mobil. Catatan dilakukan berdasarkan pengamatan sepanjang jalan yang dilalui. Wawancara pun dilakukan dengan orang yang kebetulan bertemu di jalan dan sambil duduk di mobil. Pengumpulan data dilakukan dengan amat singkat. Akibatnya, peneliti kurang memperhatikan perubahan musiman maupun kecenderungan.
Hal ini berbeda dengan model eksperimental. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian sangat bervariatif. Waktu penelitian ditentukan oleh jenis data yang dibutuhkan. Misalnya, eksperimen laboratorium berskala lebih kecil daripada eksperimen di lapangan. Tentu saja waktu yang digunakan untuk penelitian di laboratorium umumnya lebih singkat daripada di lapangan.
3. Langkah kerja
Model prakiraan cepat memiliki langkah-langkah kerja yang sederhana dan singkat. Misalnya untuk mengetahui peranan pekarangan di desa, para peneliti tidak perlu mendatangi setiap pekarangan di lokasi penelitian. Peneliti cukup memperkirakan saja vegetasi pekarangan di desa itu dari potret udara tentang kisaran luas dan beberapa sketsa profil pekarangan.
Sedangkan model eksperimental menuntut ketelitian peneliti yang lebih tinggi. Oleh karena itu, langkah kerja dalam penelitian tersebut lebih rumit dan panjang. Misalnya, peneliti ingin mempelajari dampak zat pencemar tertentu terhadap kehidupan tumbuhan atau hewan. Penelitian uji hayati ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat keracunan zat pencemar yang umumnya dinyatakan dalam LD50, LC50, atau ADI. LD50M( lethal dosis 50% ) menunjukkan banyaknya pencemar yang menyebabkan kematian pada 50% jumlah organisme penguji. Penelitian ini melibatkan organisme penguji dengan cara memberikan zat tersebut melalui mulut, atau kulit. LC50 menunjukkan kadar zat dalam medium, misalnya air, yang menyebabkan kematian pada 50% jumlah organisme penguji dengan menyebutkan lamanya pendedahan, misalnya 48 jam atau 96 jam. Sedangkan ADI (Acceptable Daily Intake) merupakan jumlah pencemar yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau pernapasan tanpa menyebabkan keracunan. Untuk menghitung ADI diperlukan penghitungan dosis zat racun yang tidak mempunyai efek terhadap organisme penguji. Dosis ini kemudian dikalikan dengan faktor ketidakpastian (uncertainty factor) yang biasanya berkisar antara 10 sampai 100 untuk mendapatkan nilai ADI untuk manusia .
4. Jenis data
Model prakiraan dampak menggunakan data yang berasal dari observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk sekitar yang terkena dampak proyek. Dalam kegiatan pengumpulan data, peneliti diuji ketelitiannya. Di lapangan, pengamatan yang jeli, berkomunikasi, belajar, dan mendengarkan informasi dari penduduk serta mencatat segala yang diamati dan didengar merupakan kunci keberhasilan. Pembuatan transek juga dapat membantu dalam pengumpulan data yang lebih akurat.
Mengamati Horison Tanah
Sementara itu, model eksperimen menggunakan data hasil uji laboratorium maupun lapangan secara sistematis. Data diperoleh dari hasil pengujian terhadap organisme penguji. Pemilihan organisme berdasarkan literatur, mudah diperlakukan, mudah didapat, dan murah.
5. Faktor lingkungan
Model prakiraan cepat mengutamakan observasi dan wawancara dengan penduduk. Otomatis faktor lingkungan menjadi variabel terikat yang tidak dapat diubah-ubah atau dimanipulasi. Semua variabel penelitian harus apa adanya dan sesuai dengan kenyataannya dan keberadaannya di lapangan. Artinya, pertimbangan untuk melakukan prakiraan dampak bersumber langsung dari kenyataan yang ada di lapangan.
Sedangkan model eksperimental lebih fleksibel. Faktor lingkungan tertentu lebih mudah untuk dikuasai dan diubah menurut keperluan, sehingga peneliti dapat mempelajari dampak satu faktor saja, dengan menjaga faktor lain tetap konstan. Misalnya Ph, suhu dan kadar nitrat medium percobaan dapat kita ubah sendiri-sendiri atau dalam kombinasi yang kita ingini, sedangkan komposisi jenis dan kadar zat hara lainnya kita buat konstan.
6. Kelemahan model
Model prakiraan cepat memiliki kelemahan antara lain adalah dengan adanya kemungkinan terjadinya bias. Bis yang dimaksud adalah:
Ø Ruang
Bias dalam konteks bias terhadap perkotaan, terminal, dan sepanjang jalan besar. Orang yang kurang mampu banyak yang tinggal di desa, jauh dari kota, terminal, jalan besar, dan di tempat yang terpencil. Oleh karena itu sering terabaikan dalam penelitian.
Ø Proyek
Peneliti di pedesaan pada umumnya tersalurkan ke daerah yang ada proyek yang kebanyakan diadakan atas inisiatif orang tau badan dari luar desa yang bersangkutan sedangkan daerah yang tidak ada proyeknya terabaikan oleh peneliti.
Ø Kontak dengan penduduk
Kontak dengan penduduk sering terjadi dengan penduduk yang kurang miskin dan yang lebih berkuas, lebih banyak dengan laki-laki dan jarang tua bahkan tidak dengan wanita, dengan pemakai layanan yang tersedia dan tidak dengan bukan pemakai, dan sebagainya.
Ø Musim kemarau
Banyak penelitian dilakukan pada musim kemarau. Tetapi di banayk tempat musim hujan merupakan waktu yang sulit, namun justru dihindari oleh peneliti karena perhubungan yang sulit dan orang tidak suka kehujanan dan kedinginan.
Ø Kesopanan dan protokol
Karena ingin sopan denagn tidak melanggar protokol, sering terdapat keengganan untk menanyakan tentang kemiskinan dan menghubungi orang miskin.
Sedangkan model eksperimental memiliki kelemahan dalam ekstrapolasi. Data hasil eksperiemen lapangan, laboratorium maupun rumah kaca yang telah disusun dalam model matematik, selanjutnya dapat disimulasi dengan komputer, sehingga dapat membantu dalam ekstrapolasi hasil eksperimen skala kecil ke kondisi lingkungan yang lebih besar dan juga untuk mendaatkan kaidah yang umum. Permasalahan terletak pada ekstrapolasi hasil eksperimen yang terbatas ke kondisi lingkungan yang lebih besar , terutama ekstrapolasi dari organisme penguji ke manusia.
Demikian adalah perbandingan antara model prakiraan cepat dan model eksperimental dalam metode prakiraan dampak, khususnya dalam klasifikasi metode formal. Perbandingan tersebut menggambarkan secara jelas tentang perbedaan antara keduanya serta keunggulan dan kelemahan masing-masing. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi para peneliti untuk memilih model mana yang paling sesuai untuk prakiraan dampak pada kasus-kasus tertentu. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian prakiraan dampak dapat akurat dan optimal.
Sumber : Soemarwoto, O., 1994. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar