Metode Penelitian Kualitatif


Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya, bersifat normatif, menunjukkan apa yang harus dilakukan tanpa harus melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologi (ilmu yang menyelidiki pengertian beserta seluk-beluknya ) yang panjang. Jansen, dalam Mulyana (2003:ix) mengemukakan pertumbuhan paradigma kualitatif dipicu oleh :
1.      Kondisi internal dalam komunitas ilmiah
Banyak pakar dan lembaga yang mempertanyakan daya eksplanatori pendekatan empiris konvensional dalam ilmu-ilmu sosial. Terdapat banyak konsensus bahwa banyak isu penelitian tidak cukup ditelaah melalui metode positivisik-kuantitatif.
2.      Kondisi eksternal di luar komunitas ilmiah
Perkembangan ilmu sedikit banyak berkaitan dengan perubahan dalam bidang sosio-ekonomi yang lebih luas, sehingga pendekatan kualitatif diperlukan untuk beradaptasi dalam bentuk realitas sosial yang baru.
Setelah tahun 1970-an, kajian ilmu-ilmu sosial yang sering disebut teori-teori makro mulai marak. Teori makro adalah teori yang dbangun di atas landasan paham paradigmatik bahwa di dalam kehidupan manusia yang sesungguhnya bukan cuma perilaku-perilaku sosial manusia yang kasat mata saja, melainkan seluruh makna kultural yang simbolik yang ada di balik semua gerak tindakan manusia yang kasat mata itu. Bungin (2003:11) mengatakan bahwa penggolongan teori sosial yang banyak dipakai orang saat ini adalah yang memasukkannya ke dalam paradigma-paradigma. Dikatakan pula bahwa paradigma fakta sosial, karena memusatkan perhatian pada struktur dan pranata (lembaga) kemasyarakatan yang berskala besar, per definisi tidak mengandung teori-teori sosial yang mikro, teori-teori mikro sebagian tergolong pada paradigma definisi sosial yang tertarik pada bagaimana pelaku (aktor) mendefinisikan situasi-situasi kemasyarakatan.



Karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan keunikan individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam kehidupannya sehari-hari secar komprehensif dan rinci. Pendekatan inimerupakan suatu metode penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan suatu deskripsi tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamatidari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu setting tertentu pula. Kesemuany aitu dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Berikut ini adalah ciri-ciri penelitian kualitatif:
1.      Latar ilmiah
Penelitian kualitatif dilakukan pada latar ilmiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Hal ini dilakukan karena kenyataan-kenyataan yang ada merupakan sutu keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Hal tersebut didasarkan pada asumsi berikut:
a.       Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu peneliti harus mengambil tempat dalam konteks untuk keperluan keutuhan pemahaman
b.      Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan lapangan.
c.       Sebagian dari strukur nilai kontekstual bersifat determinatif terhadap apa yang akan dicari.
2.      Manusia sebagai alat
Dalam penelitian kualitatif, manusia itu sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena jika memanfaatkan alat sebagaimana yang lazim digunakan pada penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu, hanya manusia saja yang dapat berhubungan langsung dengan koresponden atau objek lainnya sekaligus mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Peran manusia sebagai instrumen penelitianlah yang dapat membuat penilaian apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal semacam itu ia pasti dapat menyadari sekaligus mengatasinya. Oleh karena itu, peneliti berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan pada saat pengumpulan data.
3.      Metode kualitatif
Penelitian kualitatif tentu saja menggunakan metode kualitatif dalam pelaksanaannya. Hal ini dilakukan karena berbagai pertimbangan, antara lain adalah:
a.       Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubugan antarpeneliti dan informan
b.      Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan langsung dengan dunia nyata
c.       Metode ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan setting penelitian, serta mampu melakukan penajaman terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
4.      Analisis data secara induktif
Penelitian kualitatif mengutamakan analisis secara induktif. Artinya, berdasarkan data di lapangan yang bersifat khusus, dilakukan penyusunan suatu teori yang dapat digeneralisasikan secara luas.
Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan, yaitu:
a.       Proses induktif  lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagai yang terdapat di dalam data
b.      Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel
c.       Analisis lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya
d.      Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang dapat mempertajam hubungan-hubungan.
e.       Analisis ini dapat memperhitungkan nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik
5.      Teori dari dasar
Penelitian kualitatif lebih menghendaki penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan karena:
a.       Tidak ada teori a priori yang dapat mencakupi kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin akan dihadapi
b.      Penelitian ini memepercayai apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral
c.       Teori dari pemahaman yang mendasar dapat merespon nilai-nilai kontekstual
Dengan menggunakan analisis secara induktif, berarti pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis, melainkan untuk pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian dikelompokkan. Jadi penyusunan teori ini berasal dari bawah ke atas, yaitu dari sejumlah bagian yang banyak data yang dikumpulkan dan yang saling berhubungan.
6.      Deskriptif
Data yang dikumpulkan berupa gambar-gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka sebagai hasil dari metode kualitatif. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumentasi pribadi, catatan, dan dokumen resmi lainnya.
7.      Lebih mementungkan proses daripada hasil
Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Hal ini dikarenakan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Bodgam dan Biklen (1982:29) memberkan contoh seorang peneliti yang menelaah sikap guru terhadap karakteristik siswa tertentu. Peneliti mengamatinya dalam hubungan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang sikap yang diteliti. Dengan kata lain, peranan proses dalam penelitian kualitatif besar sekali.

8.      Adanya “batas” yang ditentukan oleh “fokus”
Penelitian kualitatif menghendaki adanya batasan dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah yang timbul dalam penelitian. Hal ini dikarenakan:
a.       Batas menentukan kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus
b.      Penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus
9.      Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reabilitas, dan objektivitas dalam versi yang berbeda dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik. Hal ini disebabkan karena:
a.       Validitas internal cara lama telah gagal. Kegagalan itu terjadi karena cara itu menggunakan isomorfisme antara hasil penelitian dan kenyataan tunggal dimana data penelitian telah dikonvergensikan.
b.      Validitas eksternal gagal karena tidak taat asa dengan aksioma dasar dari generalisasinya
c.       Kriteria reabilitas gagal karena mempersyaratkan stabilitas dan keterlaksanaan secara mutlak dan keduanya tidak mungkin digunakan dalam paradigma yang didasarkan atas desain yang dapat berubah-ubah.
d.      Kriteria objektifitas gagal karena penelitian kualitatif justru memberikan kesempatan interaksi antara peneliti-responden dan peranan nilai.
10.  Desain yang bersifat sementara
Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan. Jadi desain yang digunakan bukan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal ini disebabkan karena:
a.       Tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan di lapangan
b.      Tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah
c.       Bermacam sistem nilai yang terkait hubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan
11.  Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama
Penelitian kualitatif  lebih menghendaki agar penelitian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Hal ini disebabkan oleh:
a.       Susunan kenyataan dari merekalah yang akan diangkat oleh peneliti
b.      Hasil penelitian bergantung pada hakikat dan kualitas hubungan antara pencari dengan yang dicari
c.       Konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh orang-orang yang bersangkutan di dalamnya.


Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis yang menyatakan hubungan antara dua konsep atau lebih dan dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yng ada secara sistematis. Penelitian kualitatif bersifat membangun teori bukan menguji teori. Hal ini dikarenakan analisis data dilakukan secara induktif (dari hal yang bersifat khusus ke hal yang bersifat umum).
Dalam penelitian kualitatif, karena masalah yang dibawa peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah  memasuki lapangan atau konteks sosial. Jumlah teori disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan.  Peneliti akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya lebih luas dan dapat menjadi instrumen penelitian yang baik. Teori tersebut akan berfungsi sebagai  bekal untuk bisa memahami  konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Dalam penggalian data, bukan “sebagaimana seharusnya” atau bukan dipaksakan disesuaikan dengan teori yang dimiliki, dan bukan berdasarkan apa yang dipikirkan, tetapi berdasarkan apa yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data.
Penyusunan teori dibedakan menjadi penyusunan teori formal dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penyusunan teori tidak langsung ada dua jenis,yaitu:
a.       Penyusunan teori formal satu bidang
Peneliti dapat menerapkan cara penulisan teori substantif kemudian mengubah titik perhatiannnya dari kepedulian substantif menjadi kepedulian formal. Dalam hal ini peneliti menulis teori formal satu bidang atas dasar teori substantif dan tidak menyusun teori formal langsung dari data. Penulisan demikian belum cukup dikatakan teori formal karena:
a. Cara demikian barulah meningkatkan konseptual secara mekanik dan peneliti belum meningkatkannya melalui analisis perbandingan, atau belum menelaah perbandingan bermacam bidang substantuf sehingga lingkup tingkat teori formal belum terjamah
b. Pembaca yang mempelajarinya cenderung akan meniadkan kaitan antara data dengan teori sehingga mungkin akan menjadi terlalu abstrak karena melangkahi perbandingan teori substantif.
c. Teori formal jika dituis langsung dari bidang substantif, tidak relevan karena tidak mempertimbangkan seluruh keadaan dan kualifikasi yang akan ditemui dalam bidang substansi yang bertentangan dengan tempat hal itu akan diterapkan.
b.      Penyusunan teori formal bidang ganda

Analisis perbandingan antarkelompok merupakan metode terbaik dalam penyusunan teori formal berdasarkan teori substantif. Hal ini dilakukan dengan menarik kategori inti dengan kawasannya, lalu menyusun teori yang siap diaplikasikan terhadap data dan ditunjukkan oleh data yang diteliti dan relevan serta berarti terhadap perilaku dan dapat menjelaskannya.







Sumber : Buku “ Memahami Penelitian Kualitatif “ oleh Dr. Basrowi,M.Pd. dan Dr. Suwandi, M.Si.

Komentar

Postingan Populer